Jumat, 08 Oktober 2010

Dari Diri Sendiri

Rasulullah saw suatu ketika pernha bertanya di hadapan para sahabatnya. "Siapa di antara kalian yang hari ini berpuasa?" Abu Bakar ra menjawab, "Saya ya Rasulullah." Rasul bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang hari ini mengikuti jenazah?" Abu Bakar menjawab, "Saya ya Rasulullah."Rasul bertanya lagi,"Siapa di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin? "Abu Bakar ra lagi-lagi menjawab, "saya ya Rasulullah, "Keempat kalian, rasulullah bertanya, "Siapa diantara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit? "Abu bakar kembali menjawab, "Saya ya Rasulullah, "Rasulullah bersabda, "Tidaklah perilaku itu dilakukan oleh seseorang kecuali ia pasti masuk surga." (HR Muslim)

Saudaraku,

Salah satu yang sering membuat kita kagum pada salafusshalih adalah, besarnya dorongan jiwa mereka untuk melakukan amal-amal sholeh. Mereka melakukan banyak kebaikan, karena inisiatif sendiri, bukan tekanan atau dorongan dari orang lain. Mereka, tidak pasif menunggu perintah, tapi pro aktif menyongsong tugas. Mereka adalah pemburu pahala ALlah Swt dan selalu berlomba memperoleh ganjalan Allah yang paling banyak.

Saudaraku,

Pernahkah kita mendengar nama seorang sahabat, Salkan bin Salamah ra? Dia seorang prajurit Rasulullah saw yang ikut dalam perang tabuk dan melakukan jaga malam diam-diam, di luar giliran jaga malam yang telah ditetapkan oleh pasukannya. Salkan menjaga penjaga malam yang telah ditugaskan.

Ketika Rasulullah mendengar sikap Salkan itu, Rasulullah lalu mengangkat tangan dan melantunkan do'a, "Ya Allah limpahkanlah rahmatmu pada penjaga malam dan kepada orang yang menjaga penjaga malam. "Perang tabuk terajadi saat Rasulullah dan sahabatnya dalam keadaan susah, karena kekurangan harta. Ingin sekali rasanya melakukan peran-peran seperti Salkan bin Salamah ra. Berinisiatif melakukan kebaikan di saat yang tepat, dan mendapat do'a Rasulullah saw.

Kekuatan apa yang membuat mereka secara spontan memenuhi panggilan ketaatan seperti itu? Energi apa yang tersimpan dalam hati mereka hingga memunculkan kekuatan melakukan tugas yang wajib dilakukan, bahkan lebih dari kekuatan dan kesanggupan manusia biasa?.

Perhatikanlah firman Allah Swt, "Dan tidak(pula dosa) atas orang-orang yang apabila datang kepadamu supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata, "Aku tidak memperolah kendaraan untuk membawamu. "Lalu mereka kembali, sedangkan mata mereka bercucuran air mata karena sedih karena tidak mempeeroleh apa yang mereka nafkahkan(untuk jihat). "(QS. Attaubah: 92)

Itulah kekuatan iman. Menangis tatkala tak bisa memberi manfaat kepada orang lain. Sedih ketika tak mungkin terlibat dalam amal-amal soleh. Tak ada yang membuat mereka mampu melakukan semuanya, kecuali karena iman. Keimanan telah memunculkan sikap indifa dzati, motivasi dari dalam, yang menjadikan sikap mereka selalu bersemangat dan bertenaga melakukan amal-amal sholeh.

Saudaraku,

Mari merenung lagi tentang kondisi kita saat ini, di sini. Apa yang membuat kita sering menjadi lemah, tidak bertenaga, lunglai, tak kuat bahkan hanya sekedar melakukan amal wajib? Apakah yang sebenarnya yang menjadikan kita seperti tidak berdaya memenuhi panggilan Allah saat azan berkumandang? Kenapa kita menjadi berat menunaikan tugas-tugas dakwah yang kian lama semakin membutuhkan tenaga pendukungnya yang segar dan kuat?

Tundukkanlah hati dan pasrahkanlah semuanya kepada Allah swt. Dialah yang maha kuasa dan maha memiliki  keinginan memberi petunjuk kepada kita, hamba-hambanya. Dialah yang maha kuat memberi kekuatan kepada kita hamba-hambanya untuk melakukan ketaatan.

Saudaraku,

Carulah waktu-waktu sunyi melakukan amal sholeh. Intailah saat-saat gelap untuk menjalin hubungan yang kuat dengan Allah. Amal yang dilakukan secara sembunyi, jauh dari pantaun orang dan jauh dari keramaian, adalah salah satu indikasi adanya indifa dzati dalam diri seseorang.

Amal-amal ketaatan dan kebaikan di saat sunyi akan menanamkan keikhlasan. Amal soleh di kala tidak ada orang yang mengetahui, itulah yang semakin menguatkan ketulusan dan keihlasan. Dan di sanalah berawal dorongan jiwa untuk melakukan kebaikan.

Itulah yang menjadikan Badiuzzaman Said Nursi Ra, tokoh pejuang dan mujaddid terkenal dari Turki mewasiatkan murid-muridnya, "Ketahuilah oleh kalian bahwa kunci kekuatan kalian ada pada keikhlasan dan kebenaran. Sampai-sampai para pendung kebathilan ingin menghimpun kekuatan dari keikhlasan dan melakukan kebanthilan. Keikhlasan kepada pengabdian kita di jalan inilah yang akan mengokohkan da'wah kita.'(Badiuzzaman Said Nursi, Al Lamaat h. 225)

Mari membuat sejarah diri kita sendiri. Karena kita akan menghadap Allah swt sendiri-sendiri. Lakukan semua amal soleh dari diri sendiri lepaskan sikap yang menjadikan kita terikat oleh tekanan orang lain, dalam melakukan ketaatan. Tidak perlu menunggu perintah dan tidak perlu menanti untuk diminta. Buang jauh-jauh segala perasaan takut oleh penilaian orang dan khawatir oleh pendapat orang saat kita melakukan amal-amal soleh.

Abaikan perkataan makhluk, Karena kita hanya berharap kepada Al-Khaliq. Tak usah peduli dengan anggapan manusia, karena hanya kita mempersembahkan semuanya, untuk Allah.

Saudaraku,

Rasakanlah bagaimana kesejukan, ketentraman, ketenangan batin hingga kekuatan besar yang kita peroleh lewat amal-amal sholeh, tanpa dorongan, tanpa perintah, tanpa tekanan, tanpa pengaruh siapapun kecuali Allah Subhanawata'ala. Lalu ucapkanlah, Subhanallah...Maha Suci Allah....

Nasihat nurani disalin dari Majalah TARBAWI edisi 77 Th.5/Dzulhijjah 1424 H/5 Pebruri 2004 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar