Kamis, 07 Januari 2010

Panduan Berkelimpahan

Dalam sebuah dogeng dikisahkan seorang tukang batu sedang asyik memecah batunya ketika raja dan rombongan pejabat istana lewat menggunakan kereta kuda kerajaan untuk melakukan inspeksi terhadap pembangunan ang sedang dilakkan. Tukang batu yang kelelahan memecah baru, ang tidak setimpal denan uang yang diterimanya mulai berandai-andai.

Ah, seandainya aku menjadi raja, tentu kerjanya enak. Hanya jalan-jalan kesana ke mari. Jalan sana, jalan sini. Periksa sana, periksa sini.”Gumamnya.

Rupanya mimpi sang tukang batu didegar dewa. Seketika itu pula ia langsung berubah menjadi raja, lengkap dengan para pengawalnya. “Raja” pun mulai melakukan inspeksi mendadak. Ditengah teriknya sengatan matahari, dia pun mulai kepanasan. Kembali sang raja ini mulai berandai-andai lagi, seandainya dia menjadi mathari. Dewa pun mendengar pengandaiannya ini, di pun berubah menjadi matahari.

Betapa bangganya dia menjadi matahari, dengan seenaknya mengatur panas ke sana ke mari. Sedang asyiknya menyinari bumi, tiba-tiba ia merasakan gelap dan tidak dapat melihat. Rupanya wan sedang menutupi wajahnya sehingga sinarnya terhalang. Bahkan, ia mendengar seruan oang-orang di bawah yang bersorak-sorak menyambut awan yang membawa hujan dan terdengar pula beberapa kututkan terhadap sinarnya yang sudah membuat kemarau panjang. Kembali, ia pun ingin menjadi awan yang notebene telah merebut reputasinya sebagai sang surya.

Dewa yang baik hati kembali mengubahnya menjadi awan. Namun, hal ini tidak berlangsung lama ketika ia sedang enak-enaknya bersenda gurau dengan sang hujan, ada angin yang menerpanya dan menyuruhnya pergi dari situ. Tida dapat menolak, tidak bisa berontak karena hokum alam demikian. Merasa dilecehkan, iapun minta kepada Dewa supaya dapat diubah menjadi angin. Dewa pun mengubahnya, tingallah dia dengan enaknya mengembuskan angin sepoi-sepoi dan menetapkan sendiri kapan badai harus diberikan disuatu tempat…pada akhirnya memilih tetap menjadi tukang batu.

Kadangkala ketika kita melihat sesuatu yang diluar diri kita, ada godaan untuk menjadi seperti orang yang telah berada disana. Tidak mengetahui seluk beluk bagaimana posisi tersebut. Kadangkala kita tersilau dengan jumlah, penampakan secara kasat mata dan juga atribut-aatribut.

Setiap hari kita di bombardier dengan berbagai hal yang membuat kita kasat mata, memiliki beberapa barang elektonik, kendaraan, rumah, apartement dan juga beberapa pernak-pernik lainnya. Terkadang kita tergoda dan mengikuti sebuah permainan yang tidak berakhir.

Ketika telah memulai maka yang lain akan ikut dan dan tidak jarang terjebak dalam hutang piutang dengan perbankan atau dengan lembaga keuangan tidak resmi. Pengeluaran membengkat dan tidak terkendali. Ketika ini membutuhkan kerja keras untuk mendapatkan pendapatan untuk dapat membayar kewajiban.

Ketika telah menyadari, ternyata hidup secara sederhana, qanaah dan simple memberikan sebuahkelimpahan dalam kehidupan. Masih punya waktu untuk bercengkrama dengan tetangga. Ikut majlis taklim bersama warga komplek atau kawan seprofesi. Mengantar anak untuk pergi dan pulang sekolah. Kadang-kadang mampu member kelebihan rezki berupa zakat, infak dan sedekah.

Menjadi pribadi yang berkelimpahan menuntuk sebuah pembagian, bukan pertambahan atau perkalian. Hiduplah berbagi maka kita akan mendapatkan pertambahan dan perkalian yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya.

Dalam ruang lingkup usaha, maksimalkanlah sumber modal yang menganut system bagi hasil (loss and sharing profit) untuk menjadikan kita pribadi yang bekelimpahan, bukan pribadi yang menjadi kanibalisasi yang lain dengan menerapkan rente ekonomi dan juga terjebak dalam bertransaksi.

Mencermati panduan berkelimpahan beberapa ayat al Qur’an telah menyatakan bahwa dengan membagi sebagian akan mendapatkan 700 kali kelipatan atau bahkan lebih (Q.S Albaqarah;261) Sudahkah kita berbagi asset materi (shodaqah jariayah), asset idea (ilmu yang bermanfaat) dan asset biologis (anak yang soleh) sebagai sebuah investasi yang berkelimpahan.

Seseorang yang belum pernah tergetar hatinya oleh ke-Agung-ayat-ayat suci Alquran dan Teladan Suci Nabi Muhammad Saw. Tak akan pernah mampu menggetarkan dunia...! Prof. Seyyed Hossein Nasr, The Living Sufism, Temple University Press, 1984

CARE 100, Program Donasi PT. MYANS INSANI SEJAHTERA bekerjasama dengan Baituk Muslimin MUZAKKI dan Univ. Kehidupan IN-E-CHA, periode Januari-Maret 2010 dalam event CEK KESEHATAN 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar